Senin, 15 Juni 2009

Siapakah Bapak Pramuka Indonesia?????





Bapak Pramuka Indonesia

Sri Sultan Hamengkubuwono IX ( Sompilan Ngasem, Yogyakarta, 12 April 1912 -
Washington, DC, AS, 1 Oktober 1988 ) adalah seorang Raja Kasultanan Yogyakarta
dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Beliau juga Wakil Presiden Indonesia
yang kedua antara tahun 1973-1978. Beliau juga dikenal sebagai Bapak Pramuka
Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Latar Belakang
Lahir di Yogyakarta dengan nama GRM Dorojatun pada 12 April 1912, HamengkubuwonoIX adalah putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan Raden Ajeng Kustilah. Diumur 4 tahun Hamengkubuwono IX tinggal pisah dari keluarganya. Dia memperoleh pendidikan di HIS di Yogyakarta, MULO di Semarang, dan AMS di Bandung. Pada tahun 1930-an beliau berkuliah di Universiteit Leiden, Belanda (”SultanHenkie”).
Hamengkubuwono IX dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta pada tanggal 18 Maret 1940 dengan gelar “Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan HamengkubuwonoSenopati Ing Alogo Ngabdurrokhman Sayidin Panotogomo Kholifatulloh Ingkang Kaping Songo”. Beliau merupakan sultan yang menentang penjajahan Belanda dan mendorong kemerdekaan Indonesia. Selain itu, dia juga mendorong agar pemerintah RI memberi status khusus bagi Yogyakarta dengan predikat “Istimewa”. Sejak 1946 beliau pernah beberapa kali menjabat menteri pada kabinet yang dipimpin Presiden Soekarno. Jabatan resminya pada tahun 1966 adalah ialah Menteri Utama di bidang Ekuin.

Pada tahun 1973 beliau diangkat sebagai wakil presiden. Pada akhir masa jabatannya pada tahun 1978, beliau menolak untuk dipilih kembali sebagai wakil presiden dengan alasan kesehatan. Namun, ada rumor yang mengatakan bahwa alasan sebenarnya ia mundur adalah karena tak menyukai Presiden Soeharto yang represif seperti pada Peristiwa Malari dan hanyut pada KKN.
Minggu malam pada 1 Oktober 1988 ia wafat di George Washington University Medical Centre, Amerika Serikat dan dimakamkan di pemakaman para sultan Mataram di Imogiri.

Navigasi Pemetaan

Peta adalah gambaran dari permukaan bumi pada suatu bidang datar yang dibuat secara kartografis menurut proyeksi dan skala tertentu dengan menyajikan unsur alam ( sungai, gunung, pantai, pulau ) dan unsur buatan ( Jalan, Rel Kereta api, kota, Pelabuhan udara, jembatan, dll ) serta informasi lain yang diinginkan.

Penggambaran peta adalah suatu proses dalam menyajikan informasi mengenai keadaan permukaan buni pada bahan kertas menurut aturan tertentu. Prosesnya dimulai dari mengolah kedalam bentuk simbol / tanda, mendesain atau merancang peta, melaksanakan pengambaran sampai penggandaannya.

Skala adalah perbandingan jarak pada potret atau peta dengan jarak yang sesungguhnya dilapangan. Misalnya pada peta skala 1 : 100.000 artinya jarak 1 cm di peta sama dengan 100.000 cm ( 1 Km ) pada jarak sesungguhnya.

Dalam skala ditemui istilah peta skala kecil yaitu peta yang berskala 1 : 1.000.000 dan peta skala besar yaitu peta yang berskala 1 : 25.000.

Peta dasar adalah peta yang dipakai sebagai dasar pembuatan peta-peta tematik dan merupakan acuan standar bagi kegiatan pemetaan ( Contoh Peta rupa bumi, peta topografi, dll )

Peta Tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu yang kerangka petanya diambil dari peta dasar ( contoh, Peta vegetasi, peta kesesuaian lahan, peta tanah, peta iklim, peta kelas lereng )

Informasi tepi ( Marginal Information ) adalah merupakan keterangan yang dicantumkan pada setiap lembar peta agar pembaca peta dengan mudah memahami isi dan arti daro informasi yang disajikan. Informasi tepi antara lain : Judul peta, skala, arah utara, legenda, angka koordinat geografis, diagram lokasi, sumber data dan pembuatan peta.

Cara Menggunakan Peta

Menurut skala dan tujuan penggunannnya ( khusus dibidang kehutanan ) secara umum peta diklasifikasin seperti pada matriks di bawah ini :

Skala

Tujuan Penggunaan

Contoh

1 : 500.000 dan lebih kecil

Untuk Peta pemandangan

o Peta perkembangan hasil pengukuran 1 : 500.000

o Peta tegakan hutan Indonesia skala 1 : 3.000.000

1 : 250.000

Untuk perencanaan umum lingkup propinsi

Peta rencana pengukuhan dan penandaan hutan

1 : 100.000 atau 1 : 50.000

Untuk peta kerja dan unit pengelolaan

o Peta pengukuhan kawasan hutan

o Peta rencana karya tahunan

o Peta DAS

1 : 25.000 atau lebih besar

Untuk peta detail kelompok / kawasan hutan ( Skala 1 : 10.000 untuk Pulau Jawa dan Pulau Bali; 1 : 25.000 untuk wilayah lainnya

o Peta tata batas Cagar Alam Gunung Halimun Propinsi Jawa Barat skala 1 : 10.000

o Peta tata batas Cagar Alam Tg.Api Propinsi Sulawesi Tengah skala 1 : 25.000

Peta yang biasa dipergunakan dalam Kepramukaan

  1. Peta Lapangan

Tujuannya untuk menggambarkan keadaan atau kondisi suatu lapangan dan daerah sekitarnya dalam skala yang lebih kecil.

Peralatan yang perlu dipersiapkan dalam pembuatan peta lapangan ini adalah :

1. Pensil Teknik 2B

2. Penggaris panjang

3. Busur derajat

4. Kertas buffalo

5. Kompas bidik

6. Meja kerja

Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan peta lapangan.

1. Penentuan Skala

Hal ini berkaitan erat dengan luas lapangan yang akan digambar dan kertas gambar yang akan dipergunakan sehingga apa yang ada di lapangan dan daerah sekitarnya yang dekat dengan lapangan tersebut dapat tergambar semuanya.

2. Penentuan Batas dan Sudut Batas Lapangan

Setelah diketahui batas lapangannya maka batas-batas tersebut dibidik dari tengah lapangan dengan kompas bidik untuk diketahui berapa sudut batas lapangan tersebut. Penggambaran peta lapangan harus menghadap ke utara.

3. Pengukuran Jarak dari Pusat ke Sudut Batas Lapangan

Pengukuran ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu agar diketahui dengan pasti jarak antara pusat dengan sudut lapangan dan juga jarak antara sudut yang satu dengan sudut yang lainnya.

4. Penggambaran lapangan

Pengerjaan terakhir adalah menggambarkan sket yang telah didapat dari pengukuran-pengukuran tadi ke dalam kertas gambar. Untuk mempermudah pemberian keterangan diberi penomeran pada tiap sudut dan keterangan lainnya.

  1. Peta Pita

Tujuan pembuatan peta pita ini adalah untuk menggambarkan keadaan perjalanan yang telah dilakukan dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Peralatan yang dipersiapkan dalam pembuatan peta pita ini adalah :

1. Pensil Teknik 2B

2. Penggaris panjang

3. Kertas pita peta

4. Kompas bidik

5. Meja kerja

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan peta pita :

1. Penentuan Skala

Hal ini erat kaitannya dengan jarak yang akan ditempuh selama melakukan perjalanan dengan kertas yang ada.

2. Pembuatan Keterangan

Keterangan yang dimaksud adalah apa-apa yang dilihat selama melakukan perjalanan baik yang ada disebelah kiri maupun yang ada di sebelah kanan, yang perlu diperhatikan adalah tanda-tanda berupa bangunan-bangunan penting atau suatu daerah yang mencolok dan merupakan sesuatu yang mudah dilihat dan diperhatikan. Keterangan dituliskan dalam bentuk gambar peta dan tulisan.

3. Penulisan Arah Utara, Jarak, dan Waktu

Arah utara digambarkan sesuai dengan arah utara kompas. Jarak dituliskan berdasarkan ukuran yang ada dengan skala yang sudah ditentukan. Untuk waktu bisa dilihat dengan jam sesuai saat berangkat dan tiba di setiap belokan.

Untuk pembuatan peta pita, setiap pergantian arah perjalanan maka harus kita gambarkan, demikian seterusnya sampai daerah yang kita tuju.

  1. Peta Panorama

Tujuan dari pembuatan peta panorama ini adalah untuk menggambarkan keadaan suatu daerah dengan range atau sudut pandang tertentu.

Peralatan yang perlu dipersiapkan dalam pembuatan peta panorama ini adalah :

1. Pensil Teknik 2B

2. Penggaris panjang

3. Kertas buffalo

4. Kompas bidik

5. Meja kerja

Yang harus diperhatikan dalam pembuatan peta panorama ini adalah :

1. Arah Pandang atau Sudut Pandang

Batas sudut pandang yang diberikan dalam pembuatan peta panorama dapat berupa satu sudut atau dua sudut sebagai arah untuk penggambaran panorama atau pemandangannya. Untuk dua sudut pandang tidak akan menjadi masalah yang berarti karena kita tinggal membidik sudut yang telah ditetapkan tersebut untuk batas penggambaran panorama. Untuk satu sudut pandang maka untuk menentukan batas sudut pandang yang akan kita gunakan untuk menggambar panorama kita harus menambahkan sudut tersebut dengan 30 untuk daerah kanan dan mengurangi sudut tersebut dengan 30 untuk daerah kiri. Kemudian baru menggambar peta panoramanya.

2. Penggambaran Batas Daerah

Setelah diketahui batas daerah yang akan digambar, maka langkah selanjutnya adalah membuat sket batas daerah satu dengan daerah lainnya, antara satu perbukitan dengan perbukitan atau perumahan dan lain sebagainya. Untuk penggambaran sket ini dibuat setipis mungkin karena hanya untuk pembatas dalam pembatas dalam penafsiran nanti.

3. Pembuatan Arsiran

Untuk pembuatan arsiran ini merupakan tahapan penting dalam membuat peta panorama. Yang perlu diperhatikan adalah untuk daerah yang dekat dengan pandangan kita maka arsirannya dibuat berdekatan

sekali, demikian seterusnya sampai pada daerah terjauh atau lapis paling atas dibuat renggang. Arsiran horisontal dipergunakan untuk daerah lautan, arsiran tegak atau vertikal untuk gunung, sedangkan untuk daerah yang landai (seperti perumahan, pepohonan) maka arsirannya dibuat agak miring (mendekati horisontal), untuk daerah yang agak curam (seperti perbukitan atau jurang terjal) maka arsiran dibuat miring mendekati tegak.

4. Pembuatan Arah Utara

Arah utara ini diperlukan untuk mengetahui posisi menggambar kita dan juga sekaligus sebagai koreksi apakah arah yang digambar itu sudah benar. Biasanya arah utara dibuat pada posisi pojok kiri atas dengan gambar anak panah dan arahnya disesuaikan dengan arah kompas

5. Penulisan Sudut Batas dan Keterangan Batas

Untuk sudut pandang sebelah kiri dan kanan hendaknya dicantumkan sekaligus dengan keterangan gambar yang sesuai dengan keadaan kemudian jangan lupa untuk memberikan penomeran pada masing-masing daerah sehingga mempermudah untuk pemberian keterangan nantinya.

PETA PITA

ImageTujuan pembuatan peta pita ini adalah untuk menggambarkan keadaan perjalanan yang telah dilakukan dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Peralatan yang dipersiapkan dalam pembuatan peta pita ini adalah :

1. Pensil Teknik 2B

2. Penggaris panjang

3. Kertas pita peta

4. Kompas bidik

5. Meja kerja

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan peta pita :

1. Penentuan Skala

Hal ini erat kaitannya dengan jarak yang akan ditempuh selama melakukan perjalanan dengan kertas yang ada.

2. Pembuatan Keterangan

Keterangan yang dimaksud adalah apa-apa yang dilihat selama melakukan perjalanan baik yang ada disebelah kiri maupun yang ada di sebelah kanan, yang perlu diperhatikan adalah tanda-tanda berupa bangunan-bangunan penting atau suatu daerah yang mencolok dan merupakan sesuatu yang mudah dilihat dan diperhatikan. Keterangan dituliskan dalam bentuk gambar peta dan tulisan.

3. Penulisan Arah Utara, Jarak, dan Waktu

Arah utara digambarkan sesuai dengan arah utara kompas. Jarak dituliskan berdasarkan ukuran yang ada dengan skala yang sudah ditentukan. Untuk waktu bisa dilihat dengan jam sesuai saat berangkat dan tiba di setiap belokan.

Untuk pembuatan peta pita, setiap pergantian arah perjalanan maka harus kita gambarkan, demikian seterusnya sampai daerah yang kita tuju. Gambar keterangan peta dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Untuk lebih jelasnya bisa diperhatikan contoh berikut

Image

Penulis : Kakak Drs. Ringsung Suratno, M.Pd

Trik Mudah Kuasai Semaphore

Sebenarnya ada berbagai macam cara untuk dapat menguasai isyarat semaphore dengan cepat dan mudah.

Berikut ini adalah salah satunya, dengan model Jarum Jam, tinggal mengingat angka dan hurufnya. Selamat mencoba..........

Image

Alat dan Cara Pengiriman Isyarat dengan Morse





Kita mengenal berbagai macam cara dan alat untuk menyampampaikan isyarat morse antara lain sebagai berikut

ALAT

CARA

Peluit

Bunyi Panjang dan Pendek

Bendera

Kibaran Panjang dan Pendek

Api/ Cahaya

Nyala Pendek dan Panjang

A s a p

Gumpalan Kecil dan Besar

Telegrap

Tulisan Titik dan Garis

Cermin dengan bantuan cahaya matahari

Sinar Sebentar dan Lama

Berikut ini aneka arti untuk pengiriman tanda morse dengan menggunakan peluit atau lainnya :

Image

Untuk menyampampaikan isyarat morse dengan alat bendera dilakukan seperti di bawah ini :

Image

Kode Kehormatan

(1) Kode Kehormatan Pramuka yang terdiri atas Janji yang disebut Satya dan Ketentuan Moral yang disebut Darma merupakan satu unsur dari Metode Kepramukaan dan alat pelaksanaan Prinsip Dasar Kepramukaan.

(2) Kode Kehormatan Pramuka dalam bentuk Janji yang disebut Satya adalah:

a. Janji yang diucapkan secara sukarela oleh seorang calon anggota Gerakan Pramuka setelah memenuhi persyaratan keanggotaan;

b. Tindakan pribadi untuk mengikat diri secara sukarela menerapkan dan mengamalkan janji;

c. Titik tolak memasuki proses pendidikan sendiri guna mengembangkan visi, mental, moral, ranah spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisiknya, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat lingkungannya.

(3) Kode Kehormatan Pramuka dalam bentuk Ketentuan Moral yang disebut Darma adalah:

a. Alat proses pendidikan sendiri yang progresif untuk mengembangkan budi pekerti luhur.

b. Upaya memberi pengalaman praktis yang mendorong anggota Gerakan Pramuka menemukan, menghayati, mematuhi sistem nilai yang dimiliki masyarakat dimana ia hidup dan menjadi anggota.

c. Landasan gerak Gerakan Pramuka untuk mencapai tujuan pendidikan melalui kepramukaan yang kegiatannya mendorong Pramuka manunggal dengan masyarakat, bersikap demokratis, saling menghormati, memiliki rasa kebersamaan dan gotong royong;

d. Kode Etik Organisasi dan satuan Pramuka, dengan landasan Ketentuan Moral disusun dan ditetapkan bersama aturan yang mengatur hak dan kewajiban anggota, pembagian tanggungjawab dan penentuan putusan.

(4) Kode Kehormatan Pramuka adalah Budaya Organisasi Gerakan Pramuka yang melandasi sikap, tingkah laku anggota Gerakan Pramuka dalam hidup dan kehidupan berorganisasi.

(5) Kode Kehormatan Pramuka bagi anggota Gerakan Pramuka disesuaikan dengan golongan usia dan perkembangan rohani dan jasmaninya.

History OF Scout

Scouting came to Indonesia in 1912, as a branch of the Nederlandse Padvinders Organisatie (NPO, Netherlands Pathfinder Organisation). After 1916 it was called the Nederland Indische Padvinders Vereeniging (Netherlands Indies Scout Movement). Other Scouting organizations were established by the Indonesia Scouts in 1916. As the Dutch East Indies, Indonesia had been a branch of the Netherlands Scout Association, yet Scouting was very popular, and had achieved great numbers and standards.

When Indonesia became an independent country, there were more than 60 separate Boy Scout and Girl Guide organizations. Most were directly affiliated with some certain political parties or social groups. Attempts were made to unify all Scout organizations into one.

The thousands of islands made administration and supervision difficult, and the Japanese occupation caused some twenty separate Scout organizations to spring up, and it took time for them to coalesce. In September 1951 thirteen of the stronger Scout organizations met and decided to found a federating body to satisfy national and international needs. Ikatan Pandu Indonesia - Ipindo for short - came into being. Tuan Soemardjo was elected chief commissioner, and Dr. Bahder Djohan, an old Scout and Minister of Education, became honorary President. Government approval of Ipindo was granted on February 22, 1952, and President Sukarno consented to become patron of the unifying and correlating National Scout Council. Indonesia has been a member of WOSM since 1953.

This resulted in the establishment of a single Scout Movement in Indonesia called "Gerakan Pramuka". In May 1961, the President of Indonesia signed a regulation making Gerakan Pramuka the official Scout organization in Indonesia.

Gerakan Pramuka is a former member of the World Association of Girl Guides and Girl Scouts, having left WAGGGS and joined WOSM also for the girls in 2002.

After Sri Sultan Hamengkubuwono IX, other Indonesian recipients of the Bronze Wolf, the only distinction of the World Organization of the Scout Movement, awarded by the World Scout Committee for exceptional services to world Scouting, include Abdul Azis Saleh in 1978, John Beng Kiat Liem in 1982 and retired Lieutenant General Mashudi in 1985.